Morfometri
adalah suatu studi yang bersangkutan dengan variasi dan perubahan dalam bentuk
(ukuran dan bentuk) dari organisme, meliputi pengukuran panjang dan analisis
kerangka suatu organisme (Anonim1, 2010). Studi morfometri didasarkan pada
sekumpulan data pengukuran yang mewakili variasi bentuk dan ukuran ikan. (Turan,
1998).
Morfometri DAS
Morfometri DAS merupakan ukuran kuantitatif karakteristik
DAS yang terkait dengan aspek geomorfologi suatu daerah. Karakteristik ini
terkait dengan proses pengatusan (drainase) air hujan yang jatuh di dalam DAS.
Parameter tersebut adalah luas DAS, bentuk DAS, jaringan sungai,
kerapatan aliran, pola aliran, dan gradien kecuraman sungai.
Daerah Aliran Sungai (DAS)/Daerah Pengaliran Sungai (DPS)
atau drainage basin adalah suatu daerah yang terhampar di sisi kiri dan dan
kanan dari suatu aliran sungai, dimana semua anak sungai yang terdapat di
sebelah kanan dan kiri sungai bermuara ke dalam suatu sungai induk. Seluruh
hujan yang terjadi didalam suatu drainage basin, semua airnya akan mengisi
sungai yang terdapat di dalam DAS tersebut. oleh sebab itu, areal DAS juga
merupakan daerah tangkapan hujan atau disebut catcment area. Semua air yang
mengalir melalui sungai bergerak meninggalkan daerah daerah tangkapan sungai
(DAS) dengan atau tampa memperhitungkan jalan yang ditempuh sebelum mencapai
limpasan (run off). (Mulyo, 2004).
Daerah Aliran Sungai (DAS) juga dapat didefinisikan sebagai
suatu daerah yang dibatasi oleh topografi alami, dimana semua air hujan yang
jatuh didalamnya akan mengalir melalui suatu sungai dan keluar melalui outlet
pada sungai tersebut, atau merupakan satuan hidrologi yang menggambarkan dan
menggunakan satuan fisik-biologi dan satuan kegiatan sosial ekonomi untuk
perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam. (Suripin, 2001).
Menurut I Made Sandy (1985), seorang Guru Besar Geografi
Universitas Indonesia; Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah bagian dari muka bumi,
yang airnya mengalir ke dalam sungai yang bersangkutan, apabila hujan jatuh.
Sebuah pulau selamanya terbagi habis ke dalam Daerah-Daerah Aliran Sungai. Antara DAS yang satu dengan DAS yang lainnya
dibatasi oleh titik-titik tertinggi muka bumi berbentuk punggungan yang disebut
stream devide atau batas daerah aliran (garis pemisah DAS). Bila suatu stream
devide itu merupakan jajaran pebukitan disebut stream devide range. (Hallaf
H.P., 2006).
Morfomeri Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah istilah yang
digunakan untuk menyatakan keadaan jaringan alur sungai secara kuantitatif.
keadaan yang dimaksud untuk analisa aliran sungai antara lain meliputi:
a.
Luas DAS
DAS
merupakan tempat pengumpulan presipitasi ke suatu sistem sungai. Luas daerah
aliran dapat diperkirakan dengan mengukur daerah tersebut pada peta topografi. Garis
batas antara DAS adalah punggung permukaan bumi yang dapat memisahkan dan
membagia air hujan ke masing-masing DAS. Garis batas tersebut ditentukan
berdasarkan perubahan kontur dari peta tofografi sedangkan luas DAS nya dapat
diukur dengan alat planimeter.
Skala peta yang digunakan akan mempengaruhi ketelitian
perhitungan luasnya. adapun formula untuk perhitungan luas yaitu:
Luas = Jumlah kotak x (skala)2
b.
Panjang dan lebar
Panjang DAS adalah sama dengan jarak datar dari muara sungai
ke arah hulu sepanjang sungai induk. Sedangkan lebar DAS adalah perbandingan
antara luas DAS dengan panjang sungai induk.
Lebar = Luas DAS/Panjang Sungai Induk
c.
Kemiringan atau Gradien Sungai
Gradien atau kemiringan sungai dapat diperoleh dengan
persamaan sebagai berikut:
g = Jarak Vertikal/Jarak HorisontalKet :
g = Gradien Sungai
J. Vertikal = Beda tinggi antara hulu dengan hilir (m)
J. Horisontal = Panjang sungai induk (m)
d. Orde dan tingkat percabangan sungai
1.)
Orde Sungai
Alur sungai dalam suatu DAS dapat dibagi dalam beberapa orde
sungai. Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai di dalam urutannya terhadap
induk sungai di dalam suatu DAS. Dengan demikian makin banyak jumlah orde
sungai akan semakin luas pula DAS nya dan akan semakin panjang pula alur
sungainya.
Tingkat percabangan sungai (bufurcation ratio) adalah angka atau indeks yang ditentukan berdasarkan jumlah alur sungai untuk suatu orde.
Tingkat percabangan sungai (bufurcation ratio) adalah angka atau indeks yang ditentukan berdasarkan jumlah alur sungai untuk suatu orde.
2.)
Tingkat percabangan sungai
Untuk menghitung tingkat percabangan sungai dapat digunakan
rumus:
Rb = Nu/Nu+1
Rb = Nu/Nu+1
Ket:
Rb
= Indeks tingkat percabangan sungai
Nu
= jumlah alur sungai untuk orde ke u
Nu
+ 1 = jumlah alur sungai untuk orde ke u + 1
Adapun karakteristik dari tiap nilai
Rbnya yaitu:
e. Kerapatan
sungai
Kerapatan sungai adalah suatu angka indeks yang menunjukkan
banyaknya anak sungai di dalam suatu DAS. Indeks tersebut diperoleh dengan
persamaan sebagai berikut:
Dd = L/A
Dd = L/A
Ket:
Dd = indeks kerapatan sungai (km/km2)
Dd = indeks kerapatan sungai (km/km2)
L
= jumlah panjang sungai termasuk anak-anak sungainya
A
= Luas DAS (km2)
Adapun karakteristik dari nilai
indeks kerapatan sungai (Dd) yaitu:
f.
Bentuk Daerah Aliran Sungai
Pola sungai menentukan bentuk suatu DAS. Bentuk DAS
mempunyai artipenting dalam hubungannya dengan aliran sungai, yaitu berpengaruh
terhadap kecepatan terpusat aliran
Menurut Gregari dan Walling (1975), untuk menentukan bentuk
DAS dapat diketahui dngan terlebih dahulu menentukan nilai Rc nya.
Rc = 4пA/P2
Ket:
Rc = Basin circularity
A = Luas DAS (m2)
P = Keliling (m)
п = 3,14
Adapun karakteristik dari nilai
Basin circularity yaitu:
Bentuk DAS mempengaruhi waktu konsentrasi air hujan yang
mengalir menuju outlet. Semakin bulat bentuk DAS berarti semakin singkat waktu
konsentrasi yang diperlukan, sehingga semakin tinggi fluktuasi banjir yang
terjadi. Sebaliknya semakin lonjong bentuk DAS, waktu konsentrasi yang
diperlukan semakin lama sehingga fluktuasi banjir semakin rendah. Bentuk DAS
secara kuantitatif dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai nisbah memanjang
('elongation ratio'/Re) dan kebulatan ('circularity ratio'/Rc).
Macam-macam benntuk Daerah Aliran Sungai:
DAS berbentuk bulu burung
DAS ini memiliki bentuk yang sempit
dan memanjang, dimana anak-anak sunga (sub-DAS) mengalir memanjang di sebalah
kanan dan kiri sungai utama. Umumnya memiliki debit banjir yang kecil tetapi
berlangsung cukup lama karena suplai air datang silih berganti dari
masing-masing anak sungai.
DAS berbentuk radial
Sebaran aliran sungai membentuk seperi kipas atau nyaris
lingkaran. Anak-anak sungai (sub-DAS) mengalir dari segala penjuru DAS dan
tetapi terkonsentrasi pada satu titik secara radial, akibat dari bentuk DAS
yang demikian. Debit banjir yang dihasilkan umumnya akan sangat besar, dalam
catatan, hujan terjadi merata dan bersamaan di seluruh DAS tersebut.
DAS berbentuk paralel
Sebuah DAS yang tersusun dari percabangan dua sub-DAS yang
cukup besar di bagian hulu, tetapi menyatu di bagain hilirnya. Masing-masing
sub-DAS tersebut dapat memiliki karakteristik yang berbeda. Dan ketika terjadi
hujan di Kedua sub-DAS tersebut secara bersamaan, maka akan berpotensi terjadi
banjir yang relative besar
g. Pola
Pengairan Sungai
Sungai di dalam semua DAS mengikuti suatu aturan yaitu bahwa
aliran sungai dihubungkan oleh suatu jaringan suatu arah dimana cabang dan anak
sungai mengalir ke dalam sungai induk yang lebih besar dan membentuk suatu pola
tertentu. Pola itu tergantungan dari pada kondisi tofografi, geologi, iklim,
vegetasi yang terdapat di dalam DAS bersangkutan.
Adapun Pola-pola Pengairan Sungai yaitu:
1. Pola
trellis dimana
memperlihatkan letak anak-anak sungai yang paralel menurut strike atau
topografi yang paralel. Anak-anak sungai bermuara pada sungai induk secara
tegak lurus. Pola pengaliran trellis mencirikan daerah pegunungan lipatan
(folded mountains). Induk sungai mengalir sejajar dengan strike, mengalir di
atas struktur synclinal, sedangkan anak-anak sungainya mengalir sesuai deep
dari sayap-sayap synclinal dan anticlinal-nya. Jadi, anak-anak sungai juga
bermuara tegak lurus terhadap induk sungainya
2. Pola
Rektanguler,
dicirikan oleh induk sungainya memiliki kelokan-kelokan ± 90o, arah anak-anak
sungai (tributary) terhadap sungai induknya berpotongan tegak lurus. Biasanya
ditemukan di daerah pegunungan patahan (block mountains). Pola seperti ini
menunjukkan adanya pengaruh joint atau bidang-bidang dan/atau retakan patahan
escarp-escarp atau graben-graben yang saling berpotongan.
Gambar
Pola-pola Pengairan Sungai
3. Pola
Denritik, yaitu
pola sungai dimana anak-anak sungainya (tributaries) cenderung sejajar dengan
induk sungainya. Anak-anak sungainya bermuara pada induk sungai dengan sudut
lancip. Model pola denritis seperti pohon dengan tatanan dahan dan ranting
sebagai cabang-cabang dan anak-anak sungainya. Pola ini biasanya terdapat pada
daerah berstruktur plain, atau pada daerah batuan yang sejenis (seragam,
homogen) dengan penyebaran yang luas.
4. Pola
Radial
Sentripugal, Pola pengaliran beberapa sungai di mana daerah hulu sungai-sungai
itu saling berdekatan seakan terpusat pada satu “titik” tetapi muaranya
menyebar, masing-masing ke segala arah. Pola pengaliran radial terdapat di
daerah gunungapi atau topografi bentuk kubah seperti pegunungan dome yang
berstadia muda, hulu sungai-sungai berada di bagian puncak, tetapi muaranya
masing-masing menyebar ke arah yang lain, ke segala arah.
5. Pola
Radial
Sentripetal, Kebalikan dari pola radial yang menyebar dari satu pusat, pola
sentripetal ini justru memusat dari banyak arah. Pola ini terdapat pada satu
cekungan (basin), dan biasanya bermuara pada satu danau. Di daerah beriklim
kering dimana air danau tidak mempunyai saluran pelepasan ke laut karena
penguapan sangat tinggi, biasanya memiliki kadar garam yang tinggi sehingga
terasa asin.
6. Pola
Paralel, Adalah
pola pengaliran yang sejajar. Pola pengaliran semacam ini menunjukkan lereng
yang curam. Beberapa wilayah di pantai barat Sumatera memperlihatkan pola
pengaliran parallel
7. Pola
Annular, Pola
pengaliran cenderung melingkar seperti gelang; tetapi bukan meander. Terdapat
pada daerah berstruktur dome (kubah) yang topografinya telah berada pada stadium
dewasa. Daerah dome yang semula (pada stadium remaja) tertutup oleh
lapisan-lapisan batuan endapan yang berselang-seling antara lapisan batuan
keras dengan lapisan batuan lembut.
c)
Jaringan sungai
Jaringan sungai dapat mempengaruhi besarnya debit aliran
sungai yang dialirkan oleh anak-anak sungainya. Parameter ini dapat diukur
secara kuantitatif dari nisbah percabangan yaitu perbandingan antara jumlah
alur sungai orde tertentu dengan orde sungai satu tingkat di atasnya. Nilai ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi nisbah percabangan berarti sungai tersebut
memiliki banyak anak-anak sungai dan fluktuasi debit yang terjadi juga semakin
besar. Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai di dalam urutannya
terhadap induk sungai pada suatu DAS. Semakin banyak jumlah orde sungai,
semakin luas dan semakin panjang pula alur sungainya. Orde sungai dapat
ditetapkan dengan metode Horton, Strahler, Shreve, dan Scheidegger. Namun pada
umumnya metode Strahler lebih mudah untuk diterapkan dibandingkan dengan
metode yang lainnya. Berdasarkan metode Strahler,alur sungai paling hulu
yang tidak mempunyai cabang disebut dengan ordepertama (orde 1), pertemuan
antara orde pertama disebut orde kedua (orde 2), demikian seterusnya sampai
pada sungai utama ditandai dengan nomor orde yang paling besar.
DAFTAR PUSTAKA
Hallaf,
H.P., 2005. Geomorfologi Sungai dan Pantai. Jurusan geografi FMIPA UNM.
Makassar.
Soewarno, 1991. Hidrologi: Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai
Soewarno, 1991. Hidrologi: Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai
(Hidrometri). Nova.Bandung
Asdak C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Linsley
RK, Kohler MA, Paulhus JLH. 1982. Hidrologi Untuk Insinyur. Hermawan
Y, penerjemah; Sianipar Y, Haryadi E, editor.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Terjemahan dari: Hydrology for Engieneers
http://utha-miy.blogspot.com/2011/05/morfometri-das-daerah-aliran-sungai-i.html